Rombongan kami akhirnya sampai di probolinggo jam 2 pagi. Dari jalan utama menuju ke Gunung Bromo ternyata lumayan jauh. Jam 3 pagi kami sudah ada di sekitar Gunung Bromo. Rencana perjalanan untuk naik ke Gunung Bromo dengan menyewa mobil Hardtop. Tetapi penawaran harga sewa mobil cukup alot. Calo sewa mobil Hardtop menawar harga 600 Rb untuk 4 lokasi yaitu Penanjakan, Bromo , Pasir berbisik dan satu lg lupa. Ita dan Mima menawar dengan harga 400 rb. Tetapi sang calo hanya memberi penawaran turun menjadi 550 rb. Kami memutuskan untuk mencari sewa mobil Hardtop yang lain. Di atas kami mendapat harga sewa yang cocok tapi sayang mobil yang ada adalah mobil jeep terbuka. Jelas kami tidak mau menumpang mobil terbuka di daerah yang dingin. Bisa-bisa diatas malah ntar masuk angin.
Akhirnya rombongan kami memutuskan berjalan menuju Gunung Bromo. Keputusan yang sangat berani menurutku. Rombongan kami yang terdiri dari 6 cewek dan 1 cowok yang berjalan di jalanan gelap yang kami tidak mengenal medannya sama sekali tetapi berani mengambil keputusan yang lumayan nekad Untungnya Nurul membawa senter sehingga kami dapat sedikit melihat jalanan yang kami lalui. Tidak jauh di belakang kami ternyata ada beberapa rombongan mahasiswa yang juga berniat sama dengan kami berjalanan kami menuju Gunung Bromo. Perjalanan dengan cuaca dingin, gelap dan berpasir tidak mudah. Kami tak tahu perjalanan ini akan berujung kemana. Tiba-tiba mima sudah berada diatas kuda. Ternyata mima memutuskan menyewa kuda, sang pemilik kuda mengatakan bahwa dia mengetahui jalan memotong menuju Penanjakan untuk melihat Sunrise. Kami langsung berbelok arah mengikuti sang pemilik kuda.
Perjalanan mendaki dan gelap ternyata tidak mudah. Jantungku berpacu dengan kencang saat mendaki ke atas. Kakiku lumayan terseok-seok. Keringat menetes diudara yang lumayan dingin. Rasanya aku tidak sanggup meneruskan perjalananan ini. Kadang terucap istigfar dari bibirku. Inilah kalau jarang olahraga. Stamina tidak kuat untuk mendaki. Nurul sempat terjauh karena kelelahan dan kakinya keseleo menginjak batu. Selama ini aja aku di kantor naik ke lantai 3 lumayan ngos-ngosan. Jadi kebayang dahsyatnya perjuangan pendakian ini. Setelah sampai di bawah kaki gunung, aku dan rombongan harus menaiki sekitar 250 anak tangga untuk sampai ke atas. Tetapi ternyata perjalanan ini menyadarkanku bahwa kami tepat berada dibawah kaki Gunung Bromo. Bukan di Penanjakan untuk melihat Sunrise. Waa sepertinya si tukang kuda telah menipu kami, karena tujuan awal adalah ke Penanjakan untuk melihat Sunrise, bukan langsung ke Gunung Bromo. Dan tarif si tukang kuda lumayan mahal. Harusnya bayar dua kuda ternyata bayar 4 kuda karena ita salah membayar ke tukang kudanya. Oh feelingku ternyata benar inilah kalau kita berpergian dengan ala nekad. L
Ya sudah tangga sudah di depan mata, sekarang berjuang naik ke kawah Gunung Bromo. Naik perlahan-perlahan dengan nafas satu-satu. Kalau udah bener-bener ga kuat aku berhenti duduk sejenak untuk rehat dan menstabilkan nafas yang lumayan ngos-ngosan. Akhirnya sampai juga diatas kawah.. Yesss !! J Diatas kita duduk-duduk sambil memandang kebawah melihat jalanan yang telah kami lewati. Walaupun masih sangat gelap pagi itu. J Ternyata sudah banyak juga orang-orang yang diatas.
Perjuangan mendaki berbuah manis, pemandangan diatas begitu indah. Walaupun kabut pagi masih menutupi pemandangan disekitar. Tetapi sudah mulai kelihatan Gunung Bromo yang keabu-abuan, Gunung Batok, pegunungan hijau yang ada disebelah Gunung Bromo, hamparan pasir dan langit biru yang cerah bak lukisan sang maha pencipta tersaji dari atas puncak Gunung Bromo. Walaupun kami tidak beruntung melihat munculnya sang matahari dari balik peraduan tetapi pemandangan yang ada disekitar Bromo tidak kalah indahnya yang sedikit mengobati perasaaan kecewa kami.
Puas foto-foto diatas waktunya untuk turun. Perjalanan turun kebawah lebih ringan dibandingkan dengan naik ke atas Gunung Bromo. Dan matahari sudah bersinar jadi tidak perlu lagi memakai senter untuk melihat anak tangga. Terlihat mulai banyak rombongan yang berdatangan dari arah penanjakan yang melanjutkan perjalanan mereka untuk mendaki Gunung Bromo. Kali ini rombonganku memutuskan naik kuda untuk turun ke terminal. Tarif per 1 ekor kuda adalah Rp.40.000. Ternyata lumayan serem juga naik kuda dari atas mau turun ke bawah, karena medannya lumayan terjal. Tetapi sang pemilik kuda memberi instruksi bahwa posisi badan harus tegak ke belakang bukan maju ke depan. Ternyata bener juga saran pemilik kuda. Rasanya aku jadi lebih nyaman turun ke bawah.
Selama perjalanan menuju terminal aku sempatkan berfoto dulu. Untung banget sang pemilik kuda mau memoto aku di beberapa tempat, seperti di belakang Gunung Bromo, di depan Pura Suku Tengger, dan di depan Gunung Batok. Pemandangannya indah banget, Subhannallah seperti lukisan. Dari atas kelihatan hamparan rumput yang berwarna keemasan.
Sampai di terminal kami menyewa hardtop untuk mengantar kami ke parkiran mobil kami. Di jalan aku bertanya ke si bapak supir dimana letak pasir berbisik itu. Dan temen-temen ternyata setuju kalau kita mampir sebentar ke pasir berbisik dan biaya Rp.150.000 kita sharing bersama.
Bersyukur sekali kami mampir ke pasir berbisik ternyata pemandangan dari pasir berbisik ini indah sekali dengan latar belakang Gunung Bromo dan Gunung Batok yang kontras karena perbedaan warna kedua gunung tersebut. Makanya kami tak lupa foto narsis sana sini.
Udah capek foto-foto waktunya balik nih. karena trip selanjutnya telah menanti..
Malang Here We Come....
0 komentar:
Posting Komentar