Pages

Rabu, Januari 21, 2009

Puncak

Di sebuah dataran tinggi pada tepian hutan, seorang kakek tampak berbicara dengan tiga pemuda. Sesekali janggutnya yang lebat bergerak-gerak dipermainkan angin.
"Murid-muridku, aku akan mengujimu dengan puncak bukit di belakangku," ucap sang kakek sambil menoleh ke arah belakang. Tampak sebuah bukit hijau yang begitu tinggi. "Siapa yang bisa meraih puncak bukit itu, kalian lulus!" tambah sang kakek kemudian. "Tapi, ingat! Berhati-hatilah dengan bunga-bunga nan harum di sepanjang jalan setapak, ia bisa melemahkanmu."
"Baik, Guru!" jawab ketiga murid itu sambil bergegas menuju kaki bukit. Mereka pun mulai melakukan pendakian.

Di penghujung hari pertama, seorang murid tampak bergerak melambat. Ia begitu asyik menikmati keindahan bunga-bunga di sekelilingnya. "Hmm, indahnya. Andai aku bisa menghirup keharuman di balik keindahan bunga-bunga itu!" ucap sang murid sambil mendekati sebuah bunga. Dan, ia pun berhenti. Ia tampak berduduk santai sambil memegang beberapa kuntum bunga."
Di penghujung hari kedua, murid kedua yang mulai melambat. Ia memang tidak terpengaruh dengan keindahan bunga. Tapi, ia merasa begitu letih. Dan ia pun terduduk sambil menyaksikan murid ketiga yang terus bergerak ke puncak bukit. "Ah, andai aku bisa sekuat dia!" ucapnya sambil memijat-mijat kakinya yang tampak kaku. Dari arah itu, ia bisa melihat pemandangan luas pada lereng bukit.

"Kau lulus, muridku," ucap sang guru saat ketiganya tiba di kaki bukit. Murid ketiga tampak senyum. Sementara yang lain tetap terdiam. "Bagaimana kamu bisa terus mendaki, saudaraku?" tanya murid kedua kepada yang ketiga.
"Sederhana. Aku tidak pernah menoleh ke bawah. Pandanganku terus ke puncak bukit," jawab murid ketiga begitu mantap.**

Para pegiat kebaikan paham betul kalau jalan hidup bukan sekadar ujian dan cobaan. Tapi juga perjuangan. Perjuangan agar bisa memberi dengan nilai yang paling tinggi.
Namun, di saat-saat lelah, segala kemungkinan bisa terjadi. Kalau cuma fisik yang lelah, langkah masih bisa diayunkan, walaupun lambat. Tapi jika hati yang letih, bunga-bunga yang lemah pun bisa memperdaya.

Itu pun masih belum cukup. Karena di saat lelah, orang kerap menoleh ke bawah. Ia pun dibuai fatamorgana prestasi, "Ah, ternyata aku sudah begitu tinggi mendaki!" Padahal, puncak yang ia tuju masih sangat jauh.(mnuh)

Alhamdullilah saat membaca hikmah ini di www.eramuslim.com aku tersadarkan, bahwa perjuangan emang butuh pengorbanan, kesabaran dan keikhlasan. Buat temen ku tersayang semoga Allah memberkahimu kesabaran, aku tahu perjuangan mu yg tidak pernah letih untuk selalu ingin memberikan yang terbaik. Aku yakin itu semua tidak akan sia-sia. Tidak ada yang sia-sia dimata Allah. Mungkin waktunya bukan sekarang. Aku berdoa semoga kau bisa melaluinya dengan baik. Amien ..
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar...

Children Learn What They Live

Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat
Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya
Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta

--Dorothy Law Nolte, Children Learn What They Live

Foto

Minggu, Januari 18, 2009

Ketangguhan dan Keimanan Warga Gaza Mengagumkan

Sungguh menakjubkan mental dan keimanan warga Gaza. Di tengah gemuruh pesawat tempur Israel yang menjatuhkan bom-bom mematikan, warga Gaza tetap melangkahkan kaki ke masjid begitu suara adzan berkumandang.

Pemandangan ini terlihat di kawasan Syaikh Radwan, di barat Gaza. Tatkala suara adzan berkumandang dari masjid Al-Taqwa yang sudah kehilangan menaranya akibat bombardir pasukan Zionis, warga kota itu langsung berkumpul di masjid untuk menunaikan salat berjamaah.

"Begitu mendengar suara adzan, mereka langsung berdatangan ke masjid. Setiap hari, kami salah diantara reruntuhan masjid kami," kata imam Masjid Al-Taqwa.

Lebih dari 50 masjid di Jalur Gaza hancur oleh bom-bom yang dimuntahkan pesawat-pesawat tempur Israel. Serangan terburuk menimpa Masjid Ibrahim Al-Maqadma. Masjid itu itu dibombardir saat warga Gaza menunaikan shalat, yang menyebabkan 16 jamaah syahid dan beberapa jamaah lainnya luka-luka.

Tapi, meski masjid-masjid mereka hancur, warga Gaza tetap berduyun-duyun ke masjid saat mendengar panggilan shalat dan pemandangan seperti ini hampir terlihat di seluruh Gaza.



"Warga Gaza dicekam kesedihan ketika melihat serangan Israel menghancurkan masjid-masjid mereka. Tapi, begitu mendengar suara adzan keesokan harinya, mereka kembali semangat," ujar Awad Al-Sha'er, imam Masjid Khulafa Rashidiin di utara Gaza.

"Apapun yang terjadi, masjid-masjid kami akan tetap penuh. Kami tidak akan pernah membiarkan penjajahan menjadikan masjid-masjid kami kosong," tukas Al-Sha'er.

Warga Gaza berani mengambil resiko terkena bom atau ditembak pasukan Israel setiap kali mereka berangkat ke masjid. "Diam di rumah pun, tidak membuat kami aman. Jika memang sudah saatnya bagi kami untuk mati, maka kami akan mati," ungkap Abu Anas Al-Zahama, salah seorang warga Gaza yang selalu shalat berjamaah di masjid.

Selain menjadi tempat ibadah, masjid-masjid di Gaza juga berfungsi untuk membantu meringankan penderitaan warga Gaza sepanjang agresi biadab Israel ke wilayah itu.

"Sejak perang dimulai, masjid-masjid mengintensifkan bantuan untuk warga. Bukan hanya bantuan makanan, kami juga memberikan pengobatan dan uang," kata Mohammaed Anshour, imam Masjid Al-Bukhari.

Masjid Yarmuk di Gaza City melakukan penggalangan bantuan untuk warga yang rumahnya hancur oleh serangan pasukan Zionis. Dan penggalangan dana itu disambut antusias oelh warga Gaza lainnya. Meski menderita akibat serangan pasukan Zionis, warga Gaza masih bisa memberikan sumbangan untuk menolong saudara-saudaranya yang lain. Satu lagi pemandangan menakjubkan di Gaza.
Ahmad, seorang bocah berusia 8 tahun misalnya, menyumbangkan semua uang yang berada di celengannya. Begitu pula Abu Ammar, seordang pedagang, menyumbangkan selimut dan pakaian untuk warga yang mengungsi di sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA.
Kita harus tetap bersatu dan masjid-masjid kami akan selalu menunjukkan sikap persatuan itu. Semangat semacam ini, membuat kami tidak mudah dikalahkan," kata seorang warga Gaza yang sedang menyumbangkan uangnya ke sebuah masjid. Subhanallah... (ln/iol)


Sumber : http://www.eramuslim.com/

Selasa, Januari 13, 2009

Kangen udah jarang Ngeblog

Wah..wah udah hampir sebulan lamanya nih aku ga ngeblog, maklum lagi sibuk dengan pindahan Gedung Baru plus dengan Tutup buku pembukuan akhir tahun jadinya jarang nulis lagi di blogku tercinta. Banyak kejadian yang terlewatkan tanpa sempat dituliskan.
Akhir tahun 2008 dilewatkan dengan kesibukan pindahan kantor. Malam tahun baru 1 Muharaham alhamdullilah sempet datang ke Senayan ada Festival Muharam jadi bisa lihat Opick, Ustad Arifin Ilham dll. Muhasabah selama setahun apa aja yang sudah dilakukan. Kalau dipikir-pikir tahun 2008 ini banyak hal yang sudah terjadi baik kesuksesan, kegagalan, tawa maupun tangis. That's Life..Adapun yang terjadi harus disyukuri baik susah or seneng.
Di akhir tahun 2008 temen baik ku di YISC Al Azhar menikah mereka adalah pasangan Heni dan Andy. Selamat ya! Semoga jadi keluarga Sakinah Mawaddah Warrahmah. Amien.
 

(c)2009 Din@-Blog. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger