Sesuai janjiku untuk menuliskan review mengenai isu ekonomi terkini maka kali ini aku akan membahas dampak krisis global terhadap Indonesia.Karena hampir setiap hari kalau kita membaca koran pasti pembahasan headline news tidak jauh -jauh dari pembahasan krisis global yang sedang menjadi topik hot issue di seluruh belahan dunia.
Krisis global ini di mulai dari negara super power dunia, yaitu Amerika Serikat. Dimulai dari macetnya Subprime Mortage atau pemberian KPR kepada orang yang tidak mampu. Perusahaan perumahaan melihat ini sebagai peluang karena bank-bank tidak mau memberikan kredit kepada orang-orang yang tidak mampu tersebut. Perusahaan kredit perumahan ini sebagian dananya didapat dari pinjaman dari
pihak ketiga dalam jangka waktu pengembalian yang pendek (1-5 tahun). Sementara,
subprime mortgage sendiri merupakan kredit jangka panjang yang bisa berkisar
10-20 tahun. Ada mismatch jangka waktu di Asset berupa Loan selama 10-20 tahun sedangkan Liabilities (dana pihak ketiga selama 1-5 tahun).
Lalu kredit subrpime ini dikumpulkan dan dijual kepada investor, Tipe subprime mortgage ini berkarakteristik high risk high return, maka cukup
banyak investor hedge fund dan investment bank yang meminatinya. Lalu kenapa bisa terkena krisis?? Gampang saja karena kredit tersebut diberikan kepada orang miskin dengan bunga tinggi menyebabkan mereka tidak mampu membayar hutangnya.
Akibatnya perusahaan perumahan mengalami kerugian dan para investor juga terkena imbasnya. Lalu kenapa kasus ini mengakibatkan terjadinya krisis global?? karena di masa sekarang dunia tidak terdapat batasan negara lagi, kepanikan di Amerika menjalar kemana-mana dimana para investor berupaya menyelamatkan dana mereka dengan menarik dananya dari pasar saham dan menanamkan dananya kedalam investasi beresiko rendah berupa deposito.
Lalu akibat dari krisis global tersebut apakah akan mempengaruhi likuiditas perbankan? apabila investor yang menyimpan dananya di bank untuk memenuhi kerugiannya maka sewaktu-waktu mereka dapat menarik dananya dari bank sehingga bank harus berjaga-jaga apabila ada penarikan dari nasabah sehingga bank harus menjaga likuiditasnya yang menyebabkan bunga pinjaman antar bank menjadi tinggi karena setiap bank berhati-hati untuk mengantisipasi hal-hal yang terjelek yang akan terjadi seperti adanya rush dari nasabah.
Intinya adalah "Ekonomi amerika naik , suku bunga turun,
booming perumahan, morgage naik, subprime mortgage naik juga, kemasan ulang pada
subprime mortgage, ekonomi amerika mulai turun, suku bunga naik, harga rumah
turun, industri property turun, KPR subprime kacau, mulai gagal bayar pada aset
yg di back dgn subprime mortgage, goncangan mulai meluas … dan seterusnya.
Ternyata pengaruh krisis negara adi daya itu membawa imbas ke negara kita tercinta sebagai negara berkembang yang sumber investasinya sebagian besar berasal dari luar. Negara tujuan ekspor Indonesia termasuk ke Amerika, maka bagi eksportir keadaan ini menyebabkan turunnya permintaan ekspor dari negara paman sam tersebut. Hal ini tentu mengakibatkan perusahaan akan mengurangi produksinya yang otomatis akan menyebabkan perusahaan memangkas biaya terutama tenaga kerjanya.
Salah satu jalan keluar untuk menghadapi masalah penurunan ekspor tsb adalah mencari pasar lain selain Amerika. Dan hot issue terbaru adalah Bank Indonesia telah menurunkan BI rate dari yang sebelumnya 6,25% menjadi 6%. Tujuannya adalah untuk menurunkan suku bunga pinjaman sehingga masyarakat tertarik untuk melakukan investasi di sektor riil yang akhirnya bertujuan untuk menaikkan pertumbuhan perekonomian. Sehingga dapat mengurangi dampak krisis global tersebut.
Semoga dengan turunnya BI rate maka pertumbuhan di sektor riil menjadi menggeliat dan kita terbebas dari dampak krisis global..
Ternyata pengaruh krisis negara adi daya itu membawa imbas ke negara kita tercinta sebagai negara berkembang yang sumber investasinya sebagian besar berasal dari luar. Negara tujuan ekspor Indonesia termasuk ke Amerika, maka bagi eksportir keadaan ini menyebabkan turunnya permintaan ekspor dari negara paman sam tersebut. Hal ini tentu mengakibatkan perusahaan akan mengurangi produksinya yang otomatis akan menyebabkan perusahaan memangkas biaya terutama tenaga kerjanya.
Salah satu jalan keluar untuk menghadapi masalah penurunan ekspor tsb adalah mencari pasar lain selain Amerika. Dan hot issue terbaru adalah Bank Indonesia telah menurunkan BI rate dari yang sebelumnya 6,25% menjadi 6%. Tujuannya adalah untuk menurunkan suku bunga pinjaman sehingga masyarakat tertarik untuk melakukan investasi di sektor riil yang akhirnya bertujuan untuk menaikkan pertumbuhan perekonomian. Sehingga dapat mengurangi dampak krisis global tersebut.
Semoga dengan turunnya BI rate maka pertumbuhan di sektor riil menjadi menggeliat dan kita terbebas dari dampak krisis global..
0 komentar:
Posting Komentar